
Judul Novel : Bumi Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Ihwah Publishing House
Bulan : Januari
Tahun : 2012
Alur : Campuran
Sinopsis :
Saat itu di Moskwa sedang musim dingin. Muhammad Ayyas,
seorang pemuda dari Indonesia, bersama
dengan temannya yang bernama Devid berada di Moskwa, Rusia. Mereka saling
pangling karena setelah sembilan tahun mereka baru bertemu. Saat SMP dulu,
Ayyas adalah siswa yang paling kecil dan paling kurus di kelas. Namun, saat ini
Devid melihatnya sebagai sosok yang tinggi dan cukup gagah.
Mereka bersama mencari kendaraan umum agar tidak repot
mengangkut barang Ayyas ke sebuah apartemen. Setelah itu, mereka dihampiri oleh
seorang supir taksi. Supir taksi itu menawarkan Ayyas dan Devid untuk menaiki
taksinya. Namun, Devid tahu jika sang supir taksi ingin mempermainkan mereka
dengan menawarkan harga taksi yang sangat mahal, yaitu 200 dolar. Terjadi tawar
menawar harga antara Devid dengan supir taksi. Devid meminta harga yang murah,
namun supir taksi menawarkan harga yang lebih mahal. Karena itulah, Devid bergegas
pergi dan Ayyas mengikutinya.
Akhirnya, supir taksi tersebut berkata setuju dengan
harga taksi yang ditawarkan oleh Devid. Ayyas dan Devid memasukkan koper mereka
ke dalam bagasi. Sang supir hanya melihat, sama sekali tidak ada basa-basi
membantu mereka menaikkan koper. Mobil tua yang digunakan sebagai taksi pun
melaju kencang.
Di sepanjang perjalanan, mereka bercerita masa kecil
mereka. Ayas bercerita bahwa setelah SMP, ia melanjutkan ke sebuah pesantren.
Saat kelas tiga Aliyah, ia pindah ke Pesantren Kajoran Magelang yang diasuh
Kiai Lukman Hakim. Setelah lulus pesantren, Ayyas sempat kuliah di IAIN Jakarta
sambil mencoba memasukkan berkas ke Madinah, ternyata Ia diterima di sebuah
universitas di Madinah. Saat SMP, Ayyas sempat dijuluki bandit kecil oleh Bu
Tyas, guru Bahasa Inggris karena kelakuannya yang sangat kelewatan. Ketika Bu Tyas
menuliskan soal Bahasa Inggris di papan tulis, Ayyas menjepret punggungnya
memakai karet sehingga membuat Bu Tyas marah besar. Saat itu, Ayyas mengganggap
Bu Tyas adalah perempuan yang paling cantik yang pernah ia lihat. Saat itu,
Ayyas ingin melihat Bu Tyas marah. Karena itulah, Ayyas menjepret punggung Bu
Tyas menggunakan karet dengan sekuat tenaga. Saat marah, ternyata wajah Bu Tyas
sangat mengerikan. Sejak saat itu Ayyas tidak lagi melihat wajah cantik Bu
Tyas. Ia meminta maaf kepada Bu Tyas, karena saat itu mereka di kelas tiga.
Ayyas takut tidak bisa mengikuti ujian akhir.