Halaman

Sabtu, 30 Maret 2013

Sinopsis Novel Bumi Cinta



Judul Novel                           : Bumi Cinta
Penulis                                   : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                                 : Ihwah Publishing House
Bulan                                     : Januari
Tahun                                    : 2012
Alur                                       : Campuran

Sinopsis :
Saat itu di Moskwa sedang musim dingin. Muhammad Ayyas,  seorang pemuda dari Indonesia, bersama dengan temannya yang bernama Devid berada di Moskwa, Rusia. Mereka saling pangling karena setelah sembilan tahun mereka baru bertemu. Saat SMP dulu, Ayyas adalah siswa yang paling kecil dan paling kurus di kelas. Namun, saat ini Devid melihatnya sebagai sosok yang tinggi dan cukup gagah.
Mereka bersama mencari kendaraan umum agar tidak repot mengangkut barang Ayyas ke sebuah apartemen. Setelah itu, mereka dihampiri oleh seorang supir taksi. Supir taksi itu menawarkan Ayyas dan Devid untuk menaiki taksinya. Namun, Devid tahu jika sang supir taksi ingin mempermainkan mereka dengan menawarkan harga taksi yang sangat mahal, yaitu 200 dolar. Terjadi tawar menawar harga antara Devid dengan supir taksi. Devid meminta harga yang murah, namun supir taksi menawarkan harga yang lebih mahal. Karena itulah, Devid bergegas pergi dan Ayyas mengikutinya.
Akhirnya, supir taksi tersebut berkata setuju dengan harga taksi yang ditawarkan oleh Devid. Ayyas dan Devid memasukkan koper mereka ke dalam bagasi. Sang supir hanya melihat, sama sekali tidak ada basa-basi membantu mereka menaikkan koper. Mobil tua yang digunakan sebagai taksi pun melaju kencang.
Di sepanjang perjalanan, mereka bercerita masa kecil mereka. Ayas bercerita bahwa setelah SMP, ia melanjutkan ke sebuah pesantren. Saat kelas tiga Aliyah, ia pindah ke Pesantren Kajoran Magelang yang diasuh Kiai Lukman Hakim. Setelah lulus pesantren, Ayyas sempat kuliah di IAIN Jakarta sambil mencoba memasukkan berkas ke Madinah, ternyata Ia diterima di sebuah universitas di Madinah. Saat SMP, Ayyas sempat dijuluki bandit kecil oleh Bu Tyas, guru Bahasa Inggris karena kelakuannya yang sangat kelewatan. Ketika Bu Tyas menuliskan soal Bahasa Inggris di papan tulis, Ayyas menjepret punggungnya memakai karet sehingga membuat Bu Tyas marah besar. Saat itu, Ayyas mengganggap Bu Tyas adalah perempuan yang paling cantik yang pernah ia lihat. Saat itu, Ayyas ingin melihat Bu Tyas marah. Karena itulah, Ayyas menjepret punggung Bu Tyas menggunakan karet dengan sekuat tenaga. Saat marah, ternyata wajah Bu Tyas sangat mengerikan. Sejak saat itu Ayyas tidak lagi melihat wajah cantik Bu Tyas. Ia meminta maaf kepada Bu Tyas, karena saat itu mereka di kelas tiga. Ayyas takut tidak bisa mengikuti ujian akhir.
Dan Devid berkata bahwa Ayyas tidak semestinya datang ke Moskwa karena kecantikan Nonik-nonik Rusia. Menurut Devid, Ayyas dapat rapuh dengan godaan perempuan Moskwa yang lebih dahsyat dari godaan perempuan di Jawa. Godaan perempuan Rusia akan terus menguntit bahkan di dalam mimpi. Ayyas merasa apa yang dikatakan Devid itu benar. Teman-temannya dari Rusia saat kuliah di Madinah beberapa kali pernah menyampaikan hal yang sama. Sebagian dari mereka memperlihatkan foto keluarga mereka. Kaum perempuannya jarang yang tidak bermuka jelita. Ayyas memejamkan mata dan berdoa kepada Allah agar mendapat perlindungan dari fitnah perempuan Rusia.
Saat taksi melaju di koltso Sadovaya, Ayyas bertanya tentang kemana Devid melanjutkan sekolah setelah SMP. Devid menjawab, setelah SMP ia langsung pindah sekolah ke Bandung karena ayahnya pindah tugas kesana. Selesai SMA, ia kuliah di Singapura. Di sana, Devid berkenalan dengan mahasiswi Rusia, namanya Eva Telyantikova yang usianya lebih tua, namun sangat cantik. Devid dan Eva sangat dekat, mereka hidup satu rumah dnegna cara Barat. Mereka sama-sama lulus. Ketika Eva pulang ke rusia, tepatnya ke St. Petersbug, Devid mengikutinya dan meninggalkan kuliah di Singapura. Devid tinggal di St. Petersbug sampai sekarang. Sekarang, Devid dan Eva berpisah. Eva hidup dengan lelaki dari Polandia, sementara Devid hidup sendiri. Devid mengakui, ia sudah lama tidak hidup dengan cara Timur dan menikmati hidup bebas cara Rusia tanpa banyak aturan seperti di Jawa atau di Arab Saudi.
Sampai di dekat halte bis, mobil tua itu berhenti dan mesinnya tetap menyala. Tetapi, Devid mengatakan bahwa apartemen yang mereka tuju berada di Panfilovsky Pereulok di dekat White House Residence. Lagi-lagi Devid dan sang supir berdebat tentang tarif taksi karena sang supir meminta biaya tambahan. Akhirnya, sambil mengomel dan mengumpat, sopir tua itu mengundurkan mobilnya pelan-pelan, kemudian ke Smolenskaya Pereulok, dan melaju pelan ke utara.
Devid menunjuk seorang gadis cantik yang terlihat akan memasuki mobil BMW SUV X5 hitam dan mengatakan bahwa gadis itu lebih cantik dari Bu Tyas yang dahulu dikagumi oleh Ayyas. Ia mengakui gadis Rusia yang ia lihat sekilas itu memang jelita. Tapi, gadis Rusia yang ia temui di pesawat yang duduk tepat di sampingnya jauh lebih memesona.
Ayyas mengucap dalam hati, ia merasa belum sampai ke Moskwa pun ia sudah terjerat oleh fitnah kecantikan nonik muda Rusia. Ayyas tiba-tiba begitu merasa berdosa pada Ainal Muna, gadis manis dari Kaliwungu Kendal yang sudah dipinangnya dan ia telah berjanji untuk setia padanya.
Devid berani bertanding, bahwa apa yang dikatakannya benar. Namun Ayyas kesal karena Devid hanya membicarakan tentang perempuan. Tetapi Devid menyindirnya sebagai pendikte khas Arab. Ayyas mengalihkan pembicaraan, dan tidak meladeni sindiran temannya yang bernada mengolok-olok itu. Ayyas merasa Devid, satu-satunya orang yang ia kenal baik di Moskwa tidak susah diandalkan sebagai teman yang akan mampu menjaga iman dan kebersihan jiwanya. Ayyas hanya berharap, Allah akan memberikan belas kasih padanya, sehingga ia selamat selama hidup di negeri komunis yang mulai kapitalis ini.
Ketika sampai, Ayyas memberikan uang 100 dollar miliknya, dan supir tua tersebut tidak memberikan kembaliannya. Devid mentertawainya karena Ayyas tidak percaya dengan perkataannya, namun apa yang ia katakan itu benar terjadi. Ayyas tidak merelakan uang 50 dolar berada di tangan sang supir karena ia hanya sebagai mahasiswa, bukan bos. Devid meminta sang sopir mengembalikan uang 100 dolar milik Ayyas, karena ia mempunyai uang pas 50 dolar. Sang supir mengelabui mereka dengan mengatakan bahwa uang 100 dolar itu pas dengan harga awal. Devid mengancam akan memanggil teman-temannya dari Orekhovskaya Bratva akan menagihnya pada sang supir. Mendengar nama gang Orekhovskaya yang penghuninya terkenal keji, supir taksi itu ketakutan dan mengembalikan uang yang dimiliki Ayyas, dan Devid memberikan uang pas yang ia janjikan.
Ketika akan hendak mengangkat koper menuju kamar Ayyas di nomor 303 lantai tiga, Ayyas dan Devid bertemu dengan seorang gadis Rusia yang memakai plato merah hati yang turun agak tergesa-gesa, nama gadis itu adalah Yelena. Dan Yelena bertanya kepada Devid, apakah benar Ayyas yang disampingnya itu akan menempati apartemen yang satu lantai dengannya. Devid menangguk tanda bahwa itu benar. Devid menggoda Ayyas untuk menggunakan kesempatan sebaik-baiknya karena Ayyas akan tinggal di satu apartemen dengan Yelena. Ayyas marah besar dan mukanya merah padam, Ayyas mengatakan ia masih waras dan tidak hidup bebas seperti Devid.
Sampai di tempat yang dituju, yaitu kamar Ayyas, Devid menjelaskan semuanya kenapa ia mencarikan apartemen untuk Ayyas yang tidak diharapkan oleh Ayyas. Bahwa apartemen tersebut paling aman dan nyaman yang sesuai dengan anggaran yang diberikan Ayyas. Biasanya ada satu orang yang satu negara dengan Ayyas dan teman-teman dari Asia Tenggara, tetapi kali ini tidak ada. Jika Ayyas tinggal dengan laki-laki, ia merasa tidak ada yang aman untuk Ayyas. Dan tinggal satu apartemen bersama perempuan adalah alternatif satu-satunya, karena perempuan masih berpikir ketika akan memasukkan laki-laki ke dalam rumahnya.
Devid pergi belanja untuk membelikan apa yang dibutuhkan oleh Ayyas, yaitu kartu seluler, air mineral, teh, gula, susu bubuk, madu, biskuit, gelas, piring, sendok, sabun mandi, dan deterjen. Dan Devid juga pergi mengurus paspor dan immigration card milik Ayyas. Ayyas mengambil air wudhu dan langsung shalat dan mreasa ujian imannya di Moskwa akan berat. Satu jam kemudian, ketika Devid datang membawa makanan dan barang-barang yang dipesannya, Ayyas tertidur lelap.
Yelena menangis karena melihat pekerjaannya sebagai pelacur, namun sebenarnya tidak ada yang dicarinya dan untuk apa dia hidup. Ia merasa tidak bahagia dengan ribuan dolar dari para hidung belang. Akal sehatnya ingin kembali hidup bersih sebagai perempuan bersih. Jika ia menginggalkan profesi yang dilakukannya saat ini, tidak ada jaminan ia akan mendapatkan pekerjaan yang lebih menguntungkan.
Yelena melihat Ayyas membaca Al-Qur’an ketika shalat dengan jelas, dan ia pernah mendengarya. Iya begitu akrab dengan shalat selama bertahun-tahun, sebelum ia dibuang dari keluarganya. Dan sejak saat itu ia menjadi agak benci dengan yang namanya agama, tak terkecuali Islam. Suara Ayyas itu juga mengingatkannya dengan buah hatinya Omarov. Lalu, Yelena bercerita dengan Ayyas tentang kehidupannya dari dahulu sampai sekarang. Dan Ayyas kaget, karena Yelena mengatakan hal yang tidak diperbolehkan dalam agama.
Tiba-tiba bel berbunyi. Yelena mengatakan bahwa itu pasti Linor, teman satu apartemennya yang baru pulang dan lupa membawa kunci. Yelena berkata kepada Linor, bahwa mereka mempunyai teman baru dari Indonesia bernama Ayyas. Dan mereka saling berkenalan. Namun, setelah mengetahu bahwa Ayyas beragama muslim karena berasal dari Indonesia, Linor mencela bahwa banyak penganut agama yang menurutnya primitif tersebut.
Beberapa hari kemudian, Ayyas yang ditemani Yelena di sepanjang jalan menuju kampus MGU (Moskovskyj Gosudarstbennyj Universiteit/ Universitas Negeri Moskwa), lalu mereka berpisah di belakang kampus karena Yelena harus berangkat kerja sebagai agen wisata. Ayyas melangkahkan kakinya menuju kampus dan menemui Profesor Tomskii. Ia harus menunggu sang profesor di ruangannya karena sang profesor belum datang. Ia menemui Profesor Tomskii karena tujuan utamanya ke Moskwa, Rusia adalah melakukan penelitian tesis magister kepada Profesor Tomskii yang merupakan ahli sejarah di Rusia. Ketika Profesor Tomskii tiba di ruangannya, ia mengatakan bahwa ia akan melakukan penelitian Kehidupan Umat Islam Rusia di Masa Pemerintahan Stalin.
Tetapi Profesor Tomskii mengatakan bahwa Ayyas akan dibimbing oleh asisternnya, yaitu Doktor Anastasia Palazzo, karena sang profesor harus pergi ke Istanbul, Turki. Dengan Doktor Anastasia, Ayyas menceritakan tujuannya mempelajari sejarah.
Hari mulai gelap. Ayyas melangkahkan kakinya meninggalkan stasiun Prospek Mira. Dan Ayyas terus berjalan, sampai akhirnya ia melihat kubah bulat di sudut komplek Olimpiski. Ayyas merasakan kebahagiaan luar biasa bahwa akhirnya ia melihat sebuah masjid. Ketika memasuki masjid, Ayyas melihat ada puluhan orang yang membaca Al-Quran karena saat itu tinggal lima menit lagi azam maghrib berkumandang. Ayyas shalat dua rakaat, lalu mendekati imam, memperkenalkan dirinya kepada sang imam dan menyampaikan tujuannya berada di Moskwa. Imam itu berasal dari kota Kazan, Tatarstan, bernama Hasan Sadulayev. Ayyas bercerita tentang tujuannya di Moskwa. Imam Hasan Sadulayev menawarkan Ayyas untuk menumpangi mobilnya, karena apartemen yang Ayyas tuju berseberangan dengan tempat tinggalnya. Lalu mereka berjalan menuju tempat parkiran mobil, dan sang imam memperingatkan Ayyas bahwa ujian iman di Moskwa tidak ringan.
Ketika sampai di apartemen, Ayyas berjalan di ruang tengah dan melihat perbuatan maksiat yang dilakukan oleh Linor dan seorang lelaki bule. Ia masuk ke kamar, dan mengunci pintunya. Lalu membunyikan nurattal sekeras-kerasnya sampai ia merasa aman. Terdengar pintu kamarnya digedor dengan sangat keras setelah ia shalat, lalu Ayyas melanjutkan shalatnya, dan pintu kamarnya kembali digedor-gedor. Selesai salam, Ayyas bangkit dengan kemarahan yang menyala. Ayyas membuka pintu kamarnya, dan di hadapannya, lelaki bule yang ia lihat di ruang tengah itu berdiri tegak memelototinya dan memarahinya. Kemarahan Ayyas berlipat-lipat. Kemarahan bule itu tidak tertahan lagi, ia ingin menghajar Ayyas sejadi-jadinya, dan menganggap enteng pemuda Indonesia yang pernah belajar beberapa beladiri itu. Ayyas dapat membaca jurus yang digunakan lelaki bule muda yang disebut sergei itu, dan melakukan jurus berbeda. Linor yang menyaksikan hal itu menjerit dan gemetar. Lalu Linor membawa sergei entah kemana.
Ayyas bercerita kepada Yelena, bahwa Linor membawa Sergei dan mereka berbuat maksiat, dan sesudah itu mereka bertengkar. Meskipun Sergei telah ia lumpuhkan, Ayyas meyakini bahwa masalahnya dengan Sergei tidak akan selesai begitu saja. Dan Sergei pasti tidak akan tinggal diam dan menggunakan segala cara untuk membalas dendam. Ayyas berharap semoga tidak ada tetangga apartemen mereka yang melaporkan kejadian saat ia dan sergei berkelahi.
Keesokan harinya, saat Ayyas dan Linor terbangun, Ayyas bercerita kepada Linor bahwa ia khawatir kejadian tadi malam akan diketahui oleh polisi. Linor mengkhawatirkan polisi akan datang pagi ini. Ternyata dugaannya benar, belum sempat pembicaraan mereka diteruskan, terdengar pintu diketuk berkali-kali. Ia mengintip dari lubang pintu, dan berkata tanpa suara mengisyaratkan yang datang adalah polisi. Yelena meminta Ayyas untuk masuk ke kamarnya, ia duduk dengan pasrah mengkhawatirkan Linor dan Yelena memfitnah dan mengirimnya ke penjara karena ia sudah mulai tahu bahwa Linor sangat tidak menyukai dirinya, hanya karena dirinya seorang muslim.
Polisi bertanya tentang kekacauan tadi malam yang berada di apatermen Yelena dan Linor. Linor membantah, dan mengatakan bahwa itu hanyalah kekacauan kecil karena kecemburuannya kepada pacarnya. Dan membantah itu hanya persoalan kecil anak muda, dan tidak harus memperbesar masalahnya. Polisi memaafkan kelakuan Linor dan pacarnya, namun memperingatkan jika lain kali kalau ribut dengan pacar jangan sampai mengganggu orang lain.
Di kampus MGU, Dokor Anastasia menunggu Ayyas di dalam kampus. Ia mondar-mandir di ruang Profesor Tomskii, tidak tahu harus berbuat apa. Ia berkata kepada dirinya sendiri, karena Ayyas tidak datang, ia terlihat seperti orang dungu. Doktor Anastasia menganggap Ayyas samasekali tidak menghormatinya sebagai pembimbing, karena tidak datang tanpa memberi pemberitahuan atau izin. Lalu ia iseng membuka ponselnya, ada dua SMS masuk, dari Profesor Lyudmila Nozdryova dan Ayyas. Hatinya langsung berdesir melihat SMS dari pemuda itu, dan langsung membaca isi SMS Ayyas. Isi SMS Ayyas memberitahukan bahwa hari ini ia tidak datang ke kampus karena mengalami kecelakaan di apartemen, pundak kirinya sakit, dan ingin mengobatkan pundak kirinya.
Saat yang sama, Ayyas berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskwa untuk mengobati pundak kirinya yang sakit kepada Pak Joko Santo, seorang guru Sekolah Indonesia yang ahli mengurut. Pak Joko mengetahui, engsel tulang pada pundak Ayyas tidak pada tempatnya karena terkena benturan atau pukulan benda keras. Ayyas membenarkan, dan menceritakan kepada Pak Joko bahwa pundak kirinya sakit karena pukulan orang Rusia dan tadi malam ia berkelahi dengan orang Rusia. Ayyas berterima kasih kepada Pak Joko karena telah membetulkan pundaknya yang sakit. Ayyas dan Pak Joko langsung akrab, lalu Pak Joko bertanya banyak hal kepada Ayyas. Dan Ayyas mengatakan kepada Pak Joko bahwa ia ingin pindah tempat sewa walaupun mengorbankan materinya, karena di apatermen yang ditempatinya saat ini ia merasa tidak kuat dengan ujian perempuan.
Pak Joko mengajak Ayyas keluar makan siang di restoran Lyudi di utara KBRI, tepatnya menghadap kanal. Tepat selangkah di luar pintu ketika Ayyas keluar dari restoran, Ayyas melihat Yelena yang sedang digandeng lelaki hitam besar dan mereka bercengkrama. Ayyas dan Yelena saling menyapa. Lalu Pak Joko menanyakan kepada Ayyas apakah pemuda itu mengenal Yelena. Ayyas mengaku mengenal Yelena, sebagai teman satu apatermennya dan Yelena bekerja di agen pariwisata sebagai guide para wisatawan. Pak Joko menceritakan siapa Yelena sebenarnya, bahwa nama populer Yelena adalah Lisa Nikolaevna, ia seorang pelacur papan atas. Dan belum lama ini, Yelena dipakai seorang pejabat dari Jakarta yang berkunjung ke Moskwa. Mendengar keterangan Pak Joko, tubuh Ayyas langsung gemetar. Perbuatan Linor yang seperti biang jalang sudah ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, dan kini ia mengetahui siapa Yelena sebenarnya. Ia tidak bisa membayangkan apakah ia akan selamat jika terus tinggal bersama dua perempuan yang hidup sangat bebas. Pak Joko berjanji akan membantu semampunya untuk memindahkan Ayyas dari apatermen itu. Selesai shalat Zuhur, Ayyas menuju ke kampus MGU, tepatnya di ruangan Profesor Tomskii untuk membaca dan melakukan kegiatan lainnya, seperti menyalakan ayat-ayat suci Al-Qur’an pada laptopnya, dan juga shalat.
Di malam hari, ada seorang perempuan yang dilempar dari mobil yang tak lain adalah Yelena. Ia merasa seluruh tubuhnya remuk. Yelena berusaha sekeras-kerasnya meminta tolong, namun pita ysuaranya seperti sudah putus. Yelena tiba-tiba dicekam rasa takut yang luar biasa. Yelena meneteskan airmata. Ia merasa sedang berada di gerbang kematian. Ia sangat takut, ia tidak siap untuk mati. Dan ia masih ingin hidup. Ia ingat akan ponsel di saku paltonya, untuk menghubungi polisi ataupun Linor. Tetapi ia seperti tidak bisa lagi bergerak. Ia terus memaksa tangannya untuk meraih ponselnya. Ponsel berhasil diraihnya, namun ia ingat sejak siang baterai ponselnya lemah. Ia langsung putus asa. Dalam cemas dan rasa takut yang tiada terkira, Ia meminta kepada Tuhan agar diberi kesempatan untuk tetap hidup dan mengulurkan tangan pertolongaNya.
Di ruangan Profesor Tomskii, Ayyas asyik membaca buku sampai jam sebelas malam. Ayyas meminta kepada seorang polisi penjaga kampus untuk memperbolehkannya berada di ruang profesor  sampai pagi untuk melakukan riset perpustakaan. Tetapi polisi itu tidak memperbolehkannya, karena aturan untuk diizinkan menggunakan ruangan profesor hanya sampai jam sebelas malam. Ayyas  berjalan menuju stasiun Universite, dan menuju stasiun Metro dengan malas karena di apartemennya ada Yelena dan Linor yang menurut Ayyas udah tidak punya harga diri dan jiwa kemanusiaan. Sampai di stasiun Arbatskaya, Ayyas turun dan mengganti metro. Dan ketika keluar dari stasiun Smolenskaya, ia ingin mencari gastromon (toko makanan yang menjual makanan berukuran sedang).
Ada pemuda yang bersedia menolong Yelena setelah beberapa orang dimintai pertolongan oleh seorang ibu yang menemukan Yelena, tidak bersedia membantu. Pemuda itu tidak lain adalah Ayyas yang kebetulan lewat di sana. Akhirnya Yelena dilarikan ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa kalau terlambat sedikit saja dibawa ke rumah sakit, maka Yelena tidak akan tertolong. Sejak saat itu, Yelena sangat berterimakasih kepada Ayyas. Bahkan ia mulai mempercayai Tuhan. Kepercayaan dirinya bahwa Tuhan benar-benar ada semakin mantap setelah menyaksikan dan mendengar seminar tentang ketuhanan yang diisi oleh cendekia-cendekia Rusia, termasuk Ayyas salah satunya.
Tidak lama setelah itu, Devid yang selama di Rusia menganut gaya hidup bebas, merasa tidak tahan lagi. Ia ingin segera menikah. Ia sempat ingin dinikahkan dengan adik seorang ustad. Tapi ia merasa tidak pantas. Lalu ia minta tolong Ayyas mencarikan calon istri untuknya. Ayyas menyarankannya dengan Yelena. Akhirnya Yelena mengucap dua kalimat sahadat dan memeluk Islam serta menikah dengan Devid. Mereka hidup bahagia.
Linor pergi ke Kiev, Ukraina menemui ibunya yang sudah hampir satu tahun tidak ditemuinya. Ibunya yang bernama Ekaterina Corsova menceritakan siapa Linor sebenarnya. Linor adalah anak perempuan Palestina dari Salma Abdul Aziz, salah satu korban dalam pembantaian di Sabra dan Shatila. Linor baru menyadari betapa jahatnya dia, menjadi agen rahasia Israel yang menjadi bagian dari penyebab hilangnya nyawa orang Palestina yang ternyata adalah saudaranya sendiri. Ekaterina menyuruh Linor memeluk agama Islam, agama yang telah dipeluknya selama setahun terakhir.
Ayyas nampak bahagia, sejak sore ia sudah resmi meninggalkan apatermennya di Panvilovsky Pereulok di kawasan Smolenskaya ke Aptekarsy Pereulok di kawasan Baumanskaya, yang tak lain adalah rumah Pak Joko. Malam itu Ayyas menata kamarnya sesuai keinginanya. Setelah Pak Joko menyelesaikan tugasnya, ia memanggil Ayyas mencari makan malam di sebuah restoran. Sampai di depan restoran, Yelena menghubungi Ayyas dan menanyakan apakah tas milik Ayyas tertinggal di apartemennya dulu. Tetapi Ayyas tidak merasa, dan mengira tas itu milik seorang penghuni yang menempati kamarnya sebelum dia.
Pagi hari sebelum matahari terbit, Ayyas bersama Doktor Anastasia Palazzo menuju ke sebuah studio karena mereka menjadi pembicara dalam sebuah talkshow “Rusia Berbicara”. Dalam talkshow tersebut, Doktor Anastasia Palazzo dan Ayyas berhasil menjawab pertanyaan dengan baik. Namun ketika seorang ibu setengah baya bermantel cokelat ingin berbicara, tetapi tiba-tiba Direktur Program memberi isyarat agar acara disela dengan iklan. Karena ada kejadian luar biasa di Moskwa, yaitu bom meledak di lobby Metropole Hotel, puluhan orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Beberapa saat setelah berdebat dengan Ayyas tentang agama yang mereka yakini, tiba-tiba ponsel Doktor Anastasia berdering. Ada telepon dari Prof. Lyudmila Nozdryova, Guru Besar Ilmu Bedah Jantung Fakultas Kedokteran. Ia memberitahukan bahwa ada sebuah berita bom meledak di lobby Metropole Hotel di sebuah stasiun televisi dan pelaku pemboman tersebut tak lain adalah… Ayyas! Mahasiswa asal Indonesia yang dibimbingnya. Doktor Anastasia tidak percaya, karena tadi baru saya ia menyelesaikan acara talkshow “Rusia Berbicara” bersama Ayyas di sebuah stasiun televisi. Doktor Anastasia berpikir, tidak mungkin satu orang berada di dua tempat yang berbeda dalam waktu yang sama. Berkat alibi yang sangat kuat, Ayyas terbebas dari tuduhan tersebut.
Linor sang agen Mossad yang menyusun rencana untuk membuat Ayyas sebagai pelaku pemboman, biasanya bersedih karena rencananya gagal, tetapi kali ini ia tidak bersedih rencana jahatnya kepada Ayyas menjadi gagal, karena Ayyas tidak jadi celaka karena perbuatannya.
Setelah mendapatkan informasi yang meyakinkannya, Linor akhirnya memeluk Islam dan memakai nama aslinya, Sofia. Sofia telah bertemu dengan Ayyas, namun belum mendapatkan kepastian dari Ayyas pada saat itu. Karena Ayyas tidak langsung memberikan jawaban, ia pun pamit dan berharap Ayyas bisa memberikan kepastian keesokan harinya. Saat Sofia sudah berada di halaman depan rumah, Ayyas berubah pikiran. Ia akan langsung menerima dan menyanggupi untuk menjadi suami Sofia. Namun Sofia sudah terlalu jauh. Ayyas langsung bergegas ke jendela untuk meneriakkan bahwa ia sanggup. Tapi Sofia sudah terlihat sangat jauh. Dan di belakang Sofia, Ayyas melihat ada sebuah mobil hitam yang dikendarai melaju ke arahnya. Ayyas melihat orang dalam mobil tersebut memegang senjata api. Ayyas berteriak memperingatkan Sofia. Namun terlambat, Doooorrrrr…. Sofia pun roboh saat itu juga. Ternyata orang tersebut menembak Sofia. Ayyas langsung terkulai lemas tak berdaya menyaksikan Sofia yang telah jatuh bersimbah darah. Ia pun mengumpulkan segenap tenaga yang tersisa dan kemudian berlari ke arah Sofia yang telah terkapar. Ia mengangkat Sofia ke pangkuannya. Sofia bersimbah darah. Ia langsung meminta bantuan untuk membawa Sofia ke rumah sakit.
Tidak lama kemudian ada seorang ibu yang mengendarai mobil di dekat sana. Ayyas meminta bantuan kepada ibu tersebut, dan mobil tersebut langsung melaju ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama kepada Sofia yang tertembak. Ayyas sangat menyesal, mengapa ia tidak langsung menjawab permintaan dari Sofia tadi. Dengan penuh penyesalan, Ayyas menangis terisak. Isakan seorang pencinta sejati, yang mencintai kekasihnya karena Allah, lalu kehilangan kekasihnya karena Allah pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar