Halaman

Minggu, 28 Agustus 2011

Pikiran Kosong

Suatu hari, aku dan teman-temanku yang mengikuti kegiatan ekskul angklung akan latihan di lapangan sebuah komplek karena kami akan tampil di peresmian "Rumah Pintar" di Brimob, Kelapa Dua - Depok. Kami berjalan beramai-ramai menuju lapangan tersebut.

Sampai di sana, kami terus berlatih dan berlatih bermain angklung karena kami akan tampil dihadapan Ibu Ani Bambang Yudhoyono dan Ibu Muffidah Kalla, Ibu Kepala Negara saat itu. Setelah selesai latihan, kami beristirahat. Setelah istirahat, kami melanjutkan latihan lagi dan akhirnya kami kembali ke sekolah.

Saat perjalanan menuju sekolah, aku berjalan bersama beberapa temanku. Ketika aku berjalan berbelok, aku berbeluk menuju arah kiri. Teman-temanku pun mengajakku untuk berbelok ke arah kanan. Tetapi, entah mengapa aku tidak mau dan aku terus berjalan berlawanan arah dari teman-temanku yang lain.

Saat aku berjalan, tiba-tiba aku menyadari bahwa sekarang aku hanya sendiri, tidak bersama teman-temanku. Dan aku tidak mengenali tempat yang kulewati saat ini. Aku berharap semoga aku dapat menemukan jalan pintas menuju ke sekolah. Aku menebak jalan pintas menuju sekolah dan berdoa semoga jalan itu tidak salah arah. Akhirnya, aku sampai di sekolah.

Sampai di sekolah, aku melihat beberapa orang kaget melihatku karena aku baru saja kembali. Kutaruh angklungku di meja, dan tiba-tiba langkahku terus berjalan tanpa berhenti dan menyadari apapun. Teman-teman berusaha mencegahku pergi lagi, namun aku terus berjalan pergi sendirian sampai keluar sekolah.

Ketika melewati suatu jalan yang tadi kulewati, ada seorang guru yang tiba-tiba datang dengan menaiki motor. Aku dipaksa kembali ke sekolah, tapi aku tidak mau. Aku terus dipaksa naik motor dengannya, pada akhirnya aku menurut juga.

Ketika kembali ke sekolah, teman-temanku yang ada di lapangan sekolah, serta Ibuku yang terlihat menangis langsung mengelilingi diriku.
"Fani, kemana aja kamu? Dari tadi kita udah cari kamu ke segala arah, tapi kamu tidak ketemu juga." begitu kata teman-temanku.
"Fan, masih ada teman-temanmu yang mencarimu di mana-mana." kata seorang dari teman Ibuku.
"Nih, minum susu kotaknya. Biar tenang dulu." ujar seorang teman. Ia memberiu satu kotak susu cari rasa cokelat.
"Kenapa sih? Ada apa ini?" aku menjadi bingung.

Setelah itu, beberapa orang menceritakan apa yang terjadi padaku dan mengapa Ibuku sampai menangis. Setelah pulang latihan angklung, pikiranku kosong. Aku berjalan sendiri tak tentu arah. Saat teman-teman sampai di sekolah, Ibuku dan teannya akan membagikan susu kotak, tapi aku tidak ada. Langsung saja Ibuku menangis dan teman-temanku mencariku ke segala arah. Sampai akhirnya, aku dipaksa seorang guru di jalan untuk kembali ke sekolah.

Aku menyimpulkan, bahwa tadi saat berjalan sendiri, pikiranku kosong, dimasuki oleh makhluk halus. Pelajaran untuk kali ini, aku jangan kebanyakan bengong agar pikiranku tidak kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar