Judul Novel : Bumi Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Ihwah Publishing House
Bulan : Januari
Tahun : 2012
Alur : Campuran
Sinopsis :
Saat itu di Moskwa sedang musim dingin. Muhammad Ayyas,
seorang pemuda dari Indonesia, bersama
dengan temannya yang bernama Devid berada di Moskwa, Rusia. Mereka saling
pangling karena setelah sembilan tahun mereka baru bertemu. Saat SMP dulu,
Ayyas adalah siswa yang paling kecil dan paling kurus di kelas. Namun, saat ini
Devid melihatnya sebagai sosok yang tinggi dan cukup gagah.
Mereka bersama mencari kendaraan umum agar tidak repot
mengangkut barang Ayyas ke sebuah apartemen. Setelah itu, mereka dihampiri oleh
seorang supir taksi. Supir taksi itu menawarkan Ayyas dan Devid untuk menaiki
taksinya. Namun, Devid tahu jika sang supir taksi ingin mempermainkan mereka
dengan menawarkan harga taksi yang sangat mahal, yaitu 200 dolar. Terjadi tawar
menawar harga antara Devid dengan supir taksi. Devid meminta harga yang murah,
namun supir taksi menawarkan harga yang lebih mahal. Karena itulah, Devid bergegas
pergi dan Ayyas mengikutinya.
Akhirnya, supir taksi tersebut berkata setuju dengan
harga taksi yang ditawarkan oleh Devid. Ayyas dan Devid memasukkan koper mereka
ke dalam bagasi. Sang supir hanya melihat, sama sekali tidak ada basa-basi
membantu mereka menaikkan koper. Mobil tua yang digunakan sebagai taksi pun
melaju kencang.
Di sepanjang perjalanan, mereka bercerita masa kecil
mereka. Ayas bercerita bahwa setelah SMP, ia melanjutkan ke sebuah pesantren.
Saat kelas tiga Aliyah, ia pindah ke Pesantren Kajoran Magelang yang diasuh
Kiai Lukman Hakim. Setelah lulus pesantren, Ayyas sempat kuliah di IAIN Jakarta
sambil mencoba memasukkan berkas ke Madinah, ternyata Ia diterima di sebuah
universitas di Madinah. Saat SMP, Ayyas sempat dijuluki bandit kecil oleh Bu
Tyas, guru Bahasa Inggris karena kelakuannya yang sangat kelewatan. Ketika Bu Tyas
menuliskan soal Bahasa Inggris di papan tulis, Ayyas menjepret punggungnya
memakai karet sehingga membuat Bu Tyas marah besar. Saat itu, Ayyas mengganggap
Bu Tyas adalah perempuan yang paling cantik yang pernah ia lihat. Saat itu,
Ayyas ingin melihat Bu Tyas marah. Karena itulah, Ayyas menjepret punggung Bu
Tyas menggunakan karet dengan sekuat tenaga. Saat marah, ternyata wajah Bu Tyas
sangat mengerikan. Sejak saat itu Ayyas tidak lagi melihat wajah cantik Bu
Tyas. Ia meminta maaf kepada Bu Tyas, karena saat itu mereka di kelas tiga.
Ayyas takut tidak bisa mengikuti ujian akhir.
Dan Devid berkata bahwa Ayyas tidak semestinya datang
ke Moskwa karena kecantikan Nonik-nonik Rusia. Menurut Devid, Ayyas dapat rapuh
dengan godaan perempuan Moskwa yang lebih dahsyat dari godaan perempuan di
Jawa. Godaan perempuan Rusia akan terus menguntit bahkan di dalam mimpi. Ayyas
merasa apa yang dikatakan Devid itu benar. Teman-temannya dari Rusia saat
kuliah di Madinah beberapa kali pernah menyampaikan hal yang sama. Sebagian
dari mereka memperlihatkan foto keluarga mereka. Kaum perempuannya jarang yang
tidak bermuka jelita. Ayyas memejamkan mata dan berdoa kepada Allah agar
mendapat perlindungan dari fitnah perempuan Rusia.
Saat taksi melaju di koltso Sadovaya, Ayyas bertanya
tentang kemana Devid melanjutkan sekolah setelah SMP. Devid menjawab, setelah
SMP ia langsung pindah sekolah ke Bandung karena ayahnya pindah tugas kesana.
Selesai SMA, ia kuliah di Singapura. Di sana, Devid berkenalan dengan mahasiswi
Rusia, namanya Eva Telyantikova yang usianya lebih tua, namun sangat cantik.
Devid dan Eva sangat dekat, mereka hidup satu rumah dnegna cara Barat. Mereka
sama-sama lulus. Ketika Eva pulang ke rusia, tepatnya ke St. Petersbug, Devid
mengikutinya dan meninggalkan kuliah di Singapura. Devid tinggal di St.
Petersbug sampai sekarang. Sekarang, Devid dan Eva berpisah. Eva hidup dengan
lelaki dari Polandia, sementara Devid hidup sendiri. Devid mengakui, ia sudah
lama tidak hidup dengan cara Timur dan menikmati hidup bebas cara Rusia tanpa
banyak aturan seperti di Jawa atau di Arab Saudi.
Sampai di dekat halte bis, mobil tua itu berhenti dan
mesinnya tetap menyala. Tetapi, Devid mengatakan bahwa apartemen yang mereka
tuju berada di Panfilovsky Pereulok di dekat White House Residence. Lagi-lagi
Devid dan sang supir berdebat tentang tarif taksi karena sang supir meminta
biaya tambahan. Akhirnya, sambil mengomel dan mengumpat, sopir tua itu
mengundurkan mobilnya pelan-pelan, kemudian ke Smolenskaya Pereulok, dan melaju
pelan ke utara.
Devid menunjuk seorang gadis cantik yang terlihat akan
memasuki mobil BMW SUV X5 hitam dan mengatakan bahwa gadis itu lebih cantik
dari Bu Tyas yang dahulu dikagumi oleh Ayyas. Ia mengakui gadis Rusia yang ia
lihat sekilas itu memang jelita. Tapi, gadis Rusia yang ia temui di pesawat
yang duduk tepat di sampingnya jauh lebih memesona.
Ayyas mengucap dalam hati, ia merasa belum sampai ke
Moskwa pun ia sudah terjerat oleh fitnah kecantikan nonik muda Rusia. Ayyas
tiba-tiba begitu merasa berdosa pada Ainal Muna, gadis manis dari Kaliwungu
Kendal yang sudah dipinangnya dan ia telah berjanji untuk setia padanya.
Devid berani bertanding, bahwa apa yang dikatakannya
benar. Namun Ayyas kesal karena Devid hanya membicarakan tentang perempuan.
Tetapi Devid menyindirnya sebagai pendikte khas Arab. Ayyas mengalihkan
pembicaraan, dan tidak meladeni sindiran temannya yang bernada mengolok-olok
itu. Ayyas merasa Devid, satu-satunya orang yang ia kenal baik di Moskwa tidak
susah diandalkan sebagai teman yang akan mampu menjaga iman dan kebersihan
jiwanya. Ayyas hanya berharap, Allah akan memberikan belas kasih padanya,
sehingga ia selamat selama hidup di negeri komunis yang mulai kapitalis ini.
Ketika sampai, Ayyas memberikan uang 100 dollar
miliknya, dan supir tua tersebut tidak memberikan kembaliannya. Devid
mentertawainya karena Ayyas tidak percaya dengan perkataannya, namun apa yang
ia katakan itu benar terjadi. Ayyas tidak merelakan uang 50 dolar berada di
tangan sang supir karena ia hanya sebagai mahasiswa, bukan bos. Devid meminta
sang sopir mengembalikan uang 100 dolar milik Ayyas, karena ia mempunyai uang
pas 50 dolar. Sang supir mengelabui mereka dengan mengatakan bahwa uang 100
dolar itu pas dengan harga awal. Devid mengancam akan memanggil teman-temannya
dari Orekhovskaya Bratva akan menagihnya pada sang supir. Mendengar nama gang
Orekhovskaya yang penghuninya terkenal keji, supir taksi itu ketakutan dan
mengembalikan uang yang dimiliki Ayyas, dan Devid memberikan uang pas yang ia
janjikan.
Ketika akan hendak mengangkat koper menuju kamar Ayyas
di nomor 303 lantai tiga, Ayyas dan Devid bertemu dengan seorang gadis Rusia
yang memakai plato merah hati yang turun agak tergesa-gesa, nama gadis itu
adalah Yelena. Dan Yelena bertanya kepada Devid, apakah benar Ayyas yang disampingnya
itu akan menempati apartemen yang satu lantai dengannya. Devid menangguk tanda
bahwa itu benar. Devid menggoda Ayyas untuk menggunakan kesempatan
sebaik-baiknya karena Ayyas akan tinggal di satu apartemen dengan Yelena. Ayyas
marah besar dan mukanya merah padam, Ayyas mengatakan ia masih waras dan tidak
hidup bebas seperti Devid.
Sampai di tempat yang dituju, yaitu kamar Ayyas, Devid
menjelaskan semuanya kenapa ia mencarikan apartemen untuk Ayyas yang tidak
diharapkan oleh Ayyas. Bahwa apartemen tersebut paling aman dan nyaman yang
sesuai dengan anggaran yang diberikan Ayyas. Biasanya ada satu orang yang satu
negara dengan Ayyas dan teman-teman dari Asia Tenggara, tetapi kali ini tidak
ada. Jika Ayyas tinggal dengan laki-laki, ia merasa tidak ada yang aman untuk
Ayyas. Dan tinggal satu apartemen bersama perempuan adalah alternatif
satu-satunya, karena perempuan masih berpikir ketika akan memasukkan laki-laki
ke dalam rumahnya.
Devid pergi belanja untuk membelikan apa yang
dibutuhkan oleh Ayyas, yaitu kartu seluler, air mineral, teh, gula, susu bubuk,
madu, biskuit, gelas, piring, sendok, sabun mandi, dan deterjen. Dan Devid juga
pergi mengurus paspor dan immigration card milik Ayyas. Ayyas mengambil air
wudhu dan langsung shalat dan mreasa ujian imannya di Moskwa akan berat. Satu
jam kemudian, ketika Devid datang membawa makanan dan barang-barang yang
dipesannya, Ayyas tertidur lelap.
Yelena menangis karena melihat pekerjaannya sebagai
pelacur, namun sebenarnya tidak ada yang dicarinya dan untuk apa dia hidup. Ia
merasa tidak bahagia dengan ribuan dolar dari para hidung belang. Akal sehatnya
ingin kembali hidup bersih sebagai perempuan bersih. Jika ia menginggalkan
profesi yang dilakukannya saat ini, tidak ada jaminan ia akan mendapatkan
pekerjaan yang lebih menguntungkan.
Yelena melihat Ayyas membaca Al-Qur’an ketika shalat
dengan jelas, dan ia pernah mendengarya. Iya begitu akrab dengan shalat selama
bertahun-tahun, sebelum ia dibuang dari keluarganya. Dan sejak saat itu ia
menjadi agak benci dengan yang namanya agama, tak terkecuali Islam. Suara Ayyas
itu juga mengingatkannya dengan buah hatinya Omarov. Lalu, Yelena bercerita
dengan Ayyas tentang kehidupannya dari dahulu sampai sekarang. Dan Ayyas kaget,
karena Yelena mengatakan hal yang tidak diperbolehkan dalam agama.
Tiba-tiba bel berbunyi. Yelena mengatakan bahwa itu
pasti Linor, teman satu apartemennya yang baru pulang dan lupa membawa kunci.
Yelena berkata kepada Linor, bahwa mereka mempunyai teman baru dari Indonesia
bernama Ayyas. Dan mereka saling berkenalan. Namun, setelah mengetahu bahwa
Ayyas beragama muslim karena berasal dari Indonesia, Linor mencela bahwa banyak
penganut agama yang menurutnya primitif tersebut.
Beberapa hari kemudian, Ayyas yang ditemani Yelena di
sepanjang jalan menuju kampus MGU (Moskovskyj Gosudarstbennyj Universiteit/
Universitas Negeri Moskwa), lalu mereka berpisah di belakang kampus karena
Yelena harus berangkat kerja sebagai agen wisata. Ayyas melangkahkan kakinya
menuju kampus dan menemui Profesor Tomskii. Ia harus menunggu sang profesor di
ruangannya karena sang profesor belum datang. Ia menemui Profesor Tomskii
karena tujuan utamanya ke Moskwa, Rusia adalah melakukan penelitian tesis
magister kepada Profesor Tomskii yang merupakan ahli sejarah di Rusia. Ketika
Profesor Tomskii tiba di ruangannya, ia mengatakan bahwa ia akan melakukan
penelitian Kehidupan Umat Islam Rusia di Masa Pemerintahan Stalin.
Tetapi Profesor Tomskii mengatakan bahwa Ayyas akan
dibimbing oleh asisternnya, yaitu Doktor Anastasia Palazzo, karena sang
profesor harus pergi ke Istanbul, Turki. Dengan Doktor Anastasia, Ayyas
menceritakan tujuannya mempelajari sejarah.
Hari mulai gelap. Ayyas melangkahkan kakinya
meninggalkan stasiun Prospek Mira. Dan Ayyas terus berjalan, sampai akhirnya ia
melihat kubah bulat di sudut komplek Olimpiski. Ayyas merasakan kebahagiaan
luar biasa bahwa akhirnya ia melihat sebuah masjid. Ketika memasuki masjid,
Ayyas melihat ada puluhan orang yang membaca Al-Quran karena saat itu tinggal
lima menit lagi azam maghrib berkumandang. Ayyas shalat dua rakaat, lalu
mendekati imam, memperkenalkan dirinya kepada sang imam dan menyampaikan
tujuannya berada di Moskwa. Imam itu berasal dari kota Kazan, Tatarstan,
bernama Hasan Sadulayev. Ayyas bercerita tentang tujuannya di Moskwa. Imam
Hasan Sadulayev menawarkan Ayyas untuk menumpangi mobilnya, karena apartemen
yang Ayyas tuju berseberangan dengan tempat tinggalnya. Lalu mereka berjalan
menuju tempat parkiran mobil, dan sang imam memperingatkan Ayyas bahwa ujian
iman di Moskwa tidak ringan.
Ketika sampai di apartemen, Ayyas berjalan di ruang
tengah dan melihat perbuatan maksiat yang dilakukan oleh Linor dan seorang
lelaki bule. Ia masuk ke kamar, dan mengunci pintunya. Lalu membunyikan
nurattal sekeras-kerasnya sampai ia merasa aman. Terdengar pintu kamarnya
digedor dengan sangat keras setelah ia shalat, lalu Ayyas melanjutkan
shalatnya, dan pintu kamarnya kembali digedor-gedor. Selesai salam, Ayyas
bangkit dengan kemarahan yang menyala. Ayyas membuka pintu kamarnya, dan di
hadapannya, lelaki bule yang ia lihat di ruang tengah itu berdiri tegak
memelototinya dan memarahinya. Kemarahan Ayyas berlipat-lipat. Kemarahan bule
itu tidak tertahan lagi, ia ingin menghajar Ayyas sejadi-jadinya, dan
menganggap enteng pemuda Indonesia yang pernah belajar beberapa beladiri itu. Ayyas
dapat membaca jurus yang digunakan lelaki bule muda yang disebut sergei itu,
dan melakukan jurus berbeda. Linor yang menyaksikan hal itu menjerit dan
gemetar. Lalu Linor membawa sergei entah kemana.
Ayyas bercerita kepada Yelena, bahwa Linor membawa
Sergei dan mereka berbuat maksiat, dan sesudah itu mereka bertengkar. Meskipun
Sergei telah ia lumpuhkan, Ayyas meyakini bahwa masalahnya dengan Sergei tidak
akan selesai begitu saja. Dan Sergei pasti tidak akan tinggal diam dan
menggunakan segala cara untuk membalas dendam. Ayyas berharap semoga tidak ada
tetangga apartemen mereka yang melaporkan kejadian saat ia dan sergei
berkelahi.
Keesokan harinya, saat Ayyas dan Linor terbangun,
Ayyas bercerita kepada Linor bahwa ia khawatir kejadian tadi malam akan
diketahui oleh polisi. Linor mengkhawatirkan polisi akan datang pagi ini.
Ternyata dugaannya benar, belum sempat pembicaraan mereka diteruskan, terdengar
pintu diketuk berkali-kali. Ia mengintip dari lubang pintu, dan berkata tanpa
suara mengisyaratkan yang datang adalah polisi. Yelena meminta Ayyas untuk
masuk ke kamarnya, ia duduk dengan pasrah mengkhawatirkan Linor dan Yelena
memfitnah dan mengirimnya ke penjara karena ia sudah mulai tahu bahwa Linor
sangat tidak menyukai dirinya, hanya karena dirinya seorang muslim.
Polisi bertanya tentang kekacauan tadi malam yang
berada di apatermen Yelena dan Linor. Linor membantah, dan mengatakan bahwa itu
hanyalah kekacauan kecil karena kecemburuannya kepada pacarnya. Dan membantah
itu hanya persoalan kecil anak muda, dan tidak harus memperbesar masalahnya. Polisi
memaafkan kelakuan Linor dan pacarnya, namun memperingatkan jika lain kali
kalau ribut dengan pacar jangan sampai mengganggu orang lain.
Di kampus MGU, Dokor Anastasia menunggu Ayyas di dalam
kampus. Ia mondar-mandir di ruang Profesor Tomskii, tidak tahu harus berbuat
apa. Ia berkata kepada dirinya sendiri, karena Ayyas tidak datang, ia terlihat
seperti orang dungu. Doktor Anastasia menganggap Ayyas samasekali tidak menghormatinya
sebagai pembimbing, karena tidak datang tanpa memberi pemberitahuan atau izin.
Lalu ia iseng membuka ponselnya, ada dua SMS masuk, dari Profesor Lyudmila
Nozdryova dan Ayyas. Hatinya langsung berdesir melihat SMS dari pemuda itu, dan
langsung membaca isi SMS Ayyas. Isi SMS Ayyas memberitahukan bahwa hari ini ia
tidak datang ke kampus karena mengalami kecelakaan di apartemen, pundak kirinya
sakit, dan ingin mengobatkan pundak kirinya.
Saat yang sama, Ayyas berada di Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Moskwa untuk mengobati pundak kirinya yang sakit kepada
Pak Joko Santo, seorang guru Sekolah Indonesia yang ahli mengurut. Pak Joko
mengetahui, engsel tulang pada pundak Ayyas tidak pada tempatnya karena terkena
benturan atau pukulan benda keras. Ayyas membenarkan, dan menceritakan kepada
Pak Joko bahwa pundak kirinya sakit karena pukulan orang Rusia dan tadi malam
ia berkelahi dengan orang Rusia. Ayyas berterima kasih kepada Pak Joko karena
telah membetulkan pundaknya yang sakit. Ayyas dan Pak Joko langsung akrab, lalu
Pak Joko bertanya banyak hal kepada Ayyas. Dan Ayyas mengatakan kepada Pak Joko
bahwa ia ingin pindah tempat sewa walaupun mengorbankan materinya, karena di apatermen
yang ditempatinya saat ini ia merasa tidak kuat dengan ujian perempuan.
Pak Joko mengajak Ayyas keluar makan siang di restoran
Lyudi di utara KBRI, tepatnya menghadap kanal. Tepat selangkah di luar pintu
ketika Ayyas keluar dari restoran, Ayyas melihat Yelena yang sedang digandeng
lelaki hitam besar dan mereka bercengkrama. Ayyas dan Yelena saling menyapa.
Lalu Pak Joko menanyakan kepada Ayyas apakah pemuda itu mengenal Yelena. Ayyas
mengaku mengenal Yelena, sebagai teman satu apatermennya dan Yelena bekerja di
agen pariwisata sebagai guide para wisatawan. Pak Joko menceritakan siapa
Yelena sebenarnya, bahwa nama populer Yelena adalah Lisa Nikolaevna, ia seorang
pelacur papan atas. Dan belum lama ini, Yelena dipakai seorang pejabat dari
Jakarta yang berkunjung ke Moskwa. Mendengar keterangan Pak Joko, tubuh Ayyas
langsung gemetar. Perbuatan Linor yang seperti biang jalang sudah ia lihat
dengan mata kepalanya sendiri, dan kini ia mengetahui siapa Yelena sebenarnya.
Ia tidak bisa membayangkan apakah ia akan selamat jika terus tinggal bersama
dua perempuan yang hidup sangat bebas. Pak Joko berjanji akan membantu
semampunya untuk memindahkan Ayyas dari apatermen itu. Selesai shalat Zuhur,
Ayyas menuju ke kampus MGU, tepatnya di ruangan Profesor Tomskii untuk membaca
dan melakukan kegiatan lainnya, seperti menyalakan ayat-ayat suci Al-Qur’an
pada laptopnya, dan juga shalat.
Di malam hari, ada seorang perempuan yang dilempar
dari mobil yang tak lain adalah Yelena. Ia merasa seluruh tubuhnya remuk.
Yelena berusaha sekeras-kerasnya meminta tolong, namun pita ysuaranya seperti
sudah putus. Yelena tiba-tiba dicekam rasa takut yang luar biasa. Yelena
meneteskan airmata. Ia merasa sedang berada di gerbang kematian. Ia sangat
takut, ia tidak siap untuk mati. Dan ia masih ingin hidup. Ia ingat akan ponsel
di saku paltonya, untuk menghubungi polisi ataupun Linor. Tetapi ia seperti
tidak bisa lagi bergerak. Ia terus memaksa tangannya untuk meraih ponselnya.
Ponsel berhasil diraihnya, namun ia ingat sejak siang baterai ponselnya lemah.
Ia langsung putus asa. Dalam cemas dan rasa takut yang tiada terkira, Ia
meminta kepada Tuhan agar diberi kesempatan untuk tetap hidup dan mengulurkan
tangan pertolongaNya.
Di ruangan Profesor Tomskii, Ayyas asyik membaca buku
sampai jam sebelas malam. Ayyas meminta kepada seorang polisi penjaga kampus
untuk memperbolehkannya berada di ruang profesor sampai pagi untuk melakukan riset
perpustakaan. Tetapi polisi itu tidak memperbolehkannya, karena aturan untuk
diizinkan menggunakan ruangan profesor hanya sampai jam sebelas malam. Ayyas berjalan menuju stasiun Universite, dan
menuju stasiun Metro dengan malas karena di apartemennya ada Yelena dan Linor
yang menurut Ayyas udah tidak punya harga diri dan jiwa kemanusiaan. Sampai di
stasiun Arbatskaya, Ayyas turun dan mengganti metro. Dan ketika keluar dari
stasiun Smolenskaya, ia ingin mencari gastromon (toko makanan yang menjual
makanan berukuran sedang).
Ada pemuda yang bersedia menolong
Yelena setelah beberapa orang dimintai pertolongan oleh seorang ibu yang
menemukan Yelena, tidak bersedia membantu. Pemuda itu tidak lain adalah Ayyas
yang kebetulan lewat di sana. Akhirnya Yelena dilarikan ke rumah sakit. Dokter
mengatakan bahwa kalau terlambat sedikit saja dibawa ke rumah sakit, maka
Yelena tidak akan tertolong. Sejak saat itu, Yelena sangat berterimakasih
kepada Ayyas. Bahkan ia mulai mempercayai Tuhan. Kepercayaan dirinya bahwa
Tuhan benar-benar ada semakin mantap setelah menyaksikan dan mendengar seminar
tentang ketuhanan yang diisi oleh cendekia-cendekia Rusia, termasuk Ayyas salah
satunya.
Tidak
lama setelah itu, Devid yang selama di Rusia menganut gaya hidup bebas, merasa
tidak tahan lagi. Ia ingin segera menikah. Ia sempat ingin dinikahkan dengan
adik seorang ustad. Tapi ia merasa tidak pantas. Lalu ia minta tolong Ayyas
mencarikan calon istri untuknya. Ayyas menyarankannya dengan Yelena. Akhirnya
Yelena mengucap dua kalimat sahadat dan memeluk Islam serta menikah dengan
Devid. Mereka hidup bahagia.
Linor pergi ke Kiev, Ukraina menemui ibunya yang sudah
hampir satu tahun tidak ditemuinya. Ibunya yang bernama Ekaterina Corsova
menceritakan siapa Linor sebenarnya. Linor adalah anak perempuan Palestina dari
Salma Abdul Aziz, salah satu korban dalam pembantaian di Sabra dan Shatila.
Linor baru menyadari betapa jahatnya dia, menjadi agen rahasia Israel yang
menjadi bagian dari penyebab hilangnya nyawa orang Palestina yang ternyata
adalah saudaranya sendiri. Ekaterina menyuruh Linor memeluk agama Islam, agama
yang telah dipeluknya selama setahun terakhir.
Ayyas nampak bahagia, sejak sore ia sudah resmi
meninggalkan apatermennya di Panvilovsky Pereulok di kawasan Smolenskaya ke
Aptekarsy Pereulok di kawasan Baumanskaya, yang tak lain adalah rumah Pak Joko.
Malam itu Ayyas menata kamarnya sesuai keinginanya. Setelah Pak Joko
menyelesaikan tugasnya, ia memanggil Ayyas mencari makan malam di sebuah
restoran. Sampai di depan restoran, Yelena menghubungi Ayyas dan menanyakan
apakah tas milik Ayyas tertinggal di apartemennya dulu. Tetapi Ayyas tidak
merasa, dan mengira tas itu milik seorang penghuni yang menempati kamarnya
sebelum dia.
Pagi hari sebelum matahari terbit, Ayyas bersama
Doktor Anastasia Palazzo menuju ke sebuah studio karena mereka menjadi
pembicara dalam sebuah talkshow “Rusia Berbicara”. Dalam talkshow tersebut,
Doktor Anastasia Palazzo dan Ayyas berhasil menjawab pertanyaan dengan baik.
Namun ketika seorang ibu setengah baya bermantel cokelat ingin berbicara,
tetapi tiba-tiba Direktur Program memberi isyarat agar acara disela dengan
iklan. Karena ada kejadian luar biasa di Moskwa, yaitu bom meledak di lobby
Metropole Hotel, puluhan orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Beberapa saat setelah berdebat dengan Ayyas tentang
agama yang mereka yakini, tiba-tiba ponsel Doktor Anastasia berdering. Ada
telepon dari Prof. Lyudmila Nozdryova, Guru Besar Ilmu Bedah Jantung Fakultas
Kedokteran. Ia memberitahukan bahwa ada sebuah berita bom meledak di lobby
Metropole Hotel di sebuah stasiun televisi dan pelaku pemboman tersebut tak lain
adalah… Ayyas! Mahasiswa asal Indonesia yang dibimbingnya. Doktor Anastasia
tidak percaya, karena tadi baru saya ia menyelesaikan acara talkshow “Rusia
Berbicara” bersama Ayyas di sebuah stasiun televisi. Doktor Anastasia berpikir,
tidak mungkin satu orang berada di dua tempat yang berbeda dalam waktu yang
sama. Berkat alibi yang sangat kuat, Ayyas terbebas dari tuduhan tersebut.
Linor
sang agen Mossad yang
menyusun rencana untuk membuat Ayyas sebagai pelaku pemboman, biasanya bersedih
karena rencananya gagal, tetapi kali ini ia tidak bersedih rencana jahatnya kepada Ayyas menjadi gagal, karena Ayyas tidak jadi celaka karena
perbuatannya.
Setelah mendapatkan informasi yang meyakinkannya, Linor akhirnya memeluk Islam dan memakai nama aslinya, Sofia. Sofia telah bertemu dengan
Ayyas, namun belum
mendapatkan kepastian dari Ayyas pada saat itu. Karena Ayyas tidak langsung memberikan
jawaban, ia pun pamit dan
berharap Ayyas bisa memberikan kepastian keesokan harinya. Saat Sofia sudah
berada di halaman depan rumah, Ayyas berubah pikiran. Ia akan langsung menerima
dan menyanggupi untuk menjadi suami Sofia. Namun Sofia sudah terlalu jauh.
Ayyas langsung bergegas ke jendela untuk meneriakkan bahwa ia sanggup. Tapi Sofia sudah terlihat sangat jauh. Dan di
belakang Sofia,
Ayyas melihat ada sebuah mobil hitam yang dikendarai melaju ke arahnya. Ayyas
melihat orang dalam mobil tersebut memegang senjata api. Ayyas berteriak
memperingatkan Sofia. Namun terlambat, Doooorrrrr…. Sofia pun roboh saat itu
juga. Ternyata orang tersebut menembak Sofia. Ayyas langsung terkulai lemas tak
berdaya menyaksikan Sofia yang
telah jatuh bersimbah darah. Ia pun mengumpulkan segenap tenaga yang tersisa
dan kemudian berlari ke arah Sofia yang telah terkapar. Ia mengangkat Sofia ke
pangkuannya. Sofia bersimbah darah. Ia langsung meminta bantuan untuk membawa
Sofia ke rumah sakit.
Tidak
lama kemudian ada seorang ibu yang mengendarai mobil di dekat sana. Ayyas
meminta bantuan kepada ibu tersebut, dan mobil tersebut langsung melaju ke
rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama kepada Sofia yang
tertembak. Ayyas sangat menyesal, mengapa ia tidak langsung menjawab permintaan
dari Sofia tadi. Dengan penuh penyesalan, Ayyas menangis terisak. Isakan
seorang pencinta sejati, yang mencintai kekasihnya karena Allah, lalu
kehilangan kekasihnya karena Allah pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar